Yaituzat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut. Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat. Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi PENDAHULUAN Farmasi Fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara ilmu Fisika dengan ilmu Farmasi. Ilmu Fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika suatu zat baik berupa sifat molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat. Sedangkan ilmu Farmasi adalah ilmu tentang obat-obat yang mempelajari cara membuat, memformulasi senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat beredar di pasaran. Gabungkan kedua ilmu tersebut akan menghasilkan suatu sediaan farmasi yang berstandar baik, berefek baik, dan mempunyai kestabilan yang baik pula. Modul I ini menjelaskan perkenalan awal mengenai mata kuliah Farmasi Fisika, mengapa Farmasi Fisika itu merupakan ilmu yang penting dan wajib dipelajari dalam ilmu Farmasi. Berhubungan dengan ilmu ini, ilmu Fisika sangat mendukung dalam memenuhi kestabilan obat yang baik. Pengetahuan mengenai sifat fisika molekul zat obat merupakan dasar dalam penyusunan formula sediaan obat karena sifat fisika molekul obat lah yang akan memengaruhi aspek-aspek formulasi zat obat menjadi sebuah sediaan farmasi yang memenuhi syarat. Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara pengujian sediaan obat berdasarkan sifat fisika molekul obat. Secara khusus mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dasar-dasar Farmasi Fisika serta mampu menjelaskan sifat fisik molekul obat. Untuk mencapai tujuan ini maka sebelum mengambil mata kuliah Farmasi Fisika, mahasiswa diharapkan telah memahami mata kuliah Fisika. Melihat pentingnya ilmu di atas, maka diperlukan penjelasan mengenai dasar-dasar Farmasi Fisika dan sifat fisika molekul obat meliputi indeks bias, rotasi optik, massa jenis dan konstanta dielektrikum yang dituangkan dalam modul I ini. Dengan adanya modul I ini, diharapkan mampu mempermudah mahasiswa dalam mengenal ilmu Farmasi Fisika, yang selanjutnya mahasiswa diarahkan mengenal sifat fisika molekul obat, yang merupakan dasar awal kestabilan sediaan farmasi. MerangkumVerywell Health, batuk dapat terjadi sebagai mekanisme pertahanan alami tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari zat yang dianggap asing. Iritasi dari refluks asam lambung di tenggorokan juga bisa menyebabkan batuk.7 Nov 2021. 2. Makanan berlemak Selain makanan pedas, makanan berlemak juga bisa menjadi pemicu naiknya asam lambung.
EMULSI EMULSI adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. KOMPONEN EMULSI Digolongkan menjadi 2 macam yaitu Komponen Dasar Yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari 1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain. 2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar pendukung dari emulsi tersebut. 3. Emulgator Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Komponen Tambahan Bahan tambahan adalah bahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif pengawet, antoksidant. Preservatif yang biasa digunakan adalah metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll. Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat. TIPE EMULSI Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu Emulsi tipe O/W oil in wateratau M/A minyak dalam air. Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal. 2. Emulsi tipe W/O water in oil atau A/M air dalam minak. Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal. TUJUAN PEMAKAIAN EMULSI Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah 1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe O/W. 2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki. TEORI TERJADINYA EMULSI Proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. 1. Teori Tegangan Permukaan Surface Tension Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tetentu antara lain sabun. Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur. 2. Teori Orientasi Bentuk Baji Oriented Wedge Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air. Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak. 3. Teori Interparsial Film Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera. 4. Teori Electric Double Layer lapisan listrik ganda Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungisesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya EMULGATOR BAHAN PENGEMULSI Emulgator alam Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit, dapat digolongkan menjadi tiga golongan 1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan Bahan-bahan karbohidrat , bahan-bahan alami seperti akasia gom, tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a. a. Gom arab Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu – Kerja gom sebagai koloid pelindung – Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang tiksotropi. – Lemak-lemak padat PGA sama banyak dengan lemak padat. – Minyak atsiri PGA sama banyak dengan minyak atsiri. – Minyak lemak PGA ½ kali berat minyak. – Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak. – Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform. – Balsam-balsam. – Oleum lecoris aseli c. Agar-agar d. Chondrus e. Emulgator lain Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %. 2. Emulgator alam dari hewan Zat-zat protein seperti gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae. Bahan-bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman. CARA PEMBUATAN EMULSI Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu gom kering Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator. Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi. gom basah Disebut pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit botol Disebut pula metode Forbes. Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar. Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak. Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak dengan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi utama terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang tepat. Penyabunan In Situ a. Sabun Kalsium Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak bebas. b. Sabun Lunak Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam fase internal dengan pengadukan. c. Pengemulsi Sintetik Alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, untuk pembuatan emulsi yang baik. Mortar dan stamper Botol Mixer, blender Homogenizer Colloid mill Cara Membedakan Tipe Emulsi 1. Test Pengenceran Tetesan Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan bercampur dengan yang menjadi fase luarnya. Misalnya suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi ini akan mudah diencerkan dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya dengan tipe a/m. 2. Test Kelarutan Pewarna Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalah pewarna yang larut air, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah pewarna yang larut minyak, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe a/m. Test Creaming Arah Pembentukan Krim Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m. 4. Test Konduktivitas Elektrik Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu system emulsi, konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut tipe m/a, dan begitu pula sebaliknya pada emulsi tipe a/m. 5. Test Fluorosensi Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar sinar ultra violet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar ultra violet dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi maka tipe emulsi itu adalah a/m, jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi hanya berupa noda. Kestabilan Emulsi Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali. Koalesen dan cracking breaking yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen menyatu. Sifatnya irreversibel tidak bisa diperbaiki. Hal ini dapat terjadi karena Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2 Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible. Viskositas emulsi dipengaruhi oleh perubahan komposisi 1. Adanya hubungan linear antara viskositas emulsi dan viskositas fase kontinu. 2. Makin besar volume fase dalam, makin besar pula viskositas nyatanya. 3. Untuk mengatur viskositas emulsi, tiga factor interaksi yang harus dipertimbangkan oleh pembuat formula, yaitu Viskositas emulsi m/a dan a/m dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran partikel fase terdispersi , Kestabilan emulsi ditingkatkan dengan pengurangan ukuran partikel dan Flokulasi atau penggumpalan, yang cenderung membentuk fase dalam yang dapat meningkatkan efek penstabil, walaupun ia meningkatkan viskositas. 4. Biasanya viskositas emulsi meningkat dengan meningkatnya umur sediaan tersebut. HydrophylLipophyl Balance HLB Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah Hydrophyl Lipophyl Balance yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil. Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya. Dalam tabel dibawah dapat dilihat kegunaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.
Fasekontinyu / fase eksternal / fase luar yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut. 3. Emulgator adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat. C. Tipe Emulsi
“Asam askorbat atau vitamin C merupakan nutrisi yang berfungsi untuk membentuk kolagen, yaitu suatu zat yang berperan penting dalam memperbaiki gigi, tulang, dan kulit. Kamu bisa menemukan nutrisi ini dalam berbagai buah dengan rasa asam dan beberapa jenis sayuran.” Halodoc, Jakarta – Vitamin C memiliki peran yang sangat penting berkaitan dengan bermacam proses yang terjadi pada tubuh. Ini termasuk menjaga dan membuat kerja sistem imunitas tubuh lebih optimal, membantu proses pembentukan protein, kolagen, hingga membantu meningkatkan penyerapan zat besi pada tubuh. Sayangnya, vitamin C tidak bisa terbentuk secara alami pada tubuh. Artinya, untuk bisa memenuhi kebutuhan harian tubuh akan vitamin satu ini, kamu perlu mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C. Misalnya, tomat, jeruk, bayam, stroberi, atau buah kiwi. Namun, kamu juga perlu memperhatikan bahwa ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko tubuh kurang vitamin C, yaitu diet yang tidak tepat dan kebiasaan merokok. Baca juga 8 Manfaat Jeruk, Buah Kaya Vitamin C Secara sederhana, tubuh membutuhkan asam askorbat karena memang sangat bermanfaat untuk berbagai proses kehidupan. Pembuluh darah, otot, tulang, jaringan ikat, gigi, dan kulit membutuhkan nutrisi ini. Misalnya, agar terhindar dari anemia, tubuh membutuhkan zat besi. Nah, supaya mampu terserap dengan baik, dibutuhkan vitamin C untuk membantu proses tersebut. Tidak hanya itu, nutrisi ini juga sering digunakan untuk mengatasi dan sebagai tindakan pencegahan dari kekurangan asupan vitamin C yang disebut dengan skorbut. Lalu, orang-orang yang memiliki kerentanan terhadap kurang vitamin C karena masalah pencernaan pun membutuhkan suplemen ini. Pasalnya, apabila sudah sangat parah, kondisi tersebut bisa mengakibatkan gusi berdarah, anemia, dan memar pada tubuh. Berapa Dosis yang Dianjurkan? Suplemen asam askorbat bisa dengan mudah kamu dapatkan di apotek terdekat. Cek kebutuhan obat kamu melalui layanan pharmacy delivery di aplikasi Halodoc. Download saja aplikasinya di ponselmu. Kalau kamu harus berobat ke rumah sakit, buat janji lewat aplikasi Halodoc juga bisa kok. Baca juga Ingin Suntik Vitamin C? Kenali Dulu Manfaat dan Bahayanya Akan tetapi, ada jumlah asupan harian yang perlu kamu perhatikan. Pasalnya, kebutuhan rata-rata asam askorbat pada setiap orang tentu saja sangat berbeda, bergantung pada jenis kelamin, kondisi medis yang menyertainya, dan usia. Misalnya, untuk bayi dan anak dengan usia antara 0 sampai 9 tahun, kebutuhan rata-rata asam askorbat adalah sekitar 40 sampai 50 miligram sehari. Sementara untuk remaja perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 10 sampai 15 tahun, kebutuhannya adalah 20 sampai 75 miligram dalam satu hari. Kemudian, untuk laki-laki dewasa berusia antara 16 sampai 80 tahun ke atas, kebutuhannya hanya 90 miligram atau setara dengan mengonsumsi dua buah jeruk. Sementara untuk wanita dewasa dengan rentang usia yang sama membutuhkan asupan asam askorbat sekitar 75 miligram saja dalam satu hari. Namun, perhatikan, konsumsi dan kebutuhannya akan menjadi berbeda untuk perempuan yang sedang hamil. Dosisnya adalah sekitar 85 miligram dalam satu hari. Lalu, untuk ibu menyusui, kebutuhannya menjadi 120 miligram dalam sehari. Jadi, ada baiknya kamu tanyakan dulu pada dokter sebelum mengonsumsi asam askorbat ini, ya! Baca juga Terlalu Banyak Konsumsi Vitamin C Bisa Bahayakan Ginjal Hal lainnya yang perlu kamu perhatikan adalah perbanyak konsumsi air putih untuk membantu melancarkan proses penyerapan nutrisi ini di dalam tubuh. Hindari pula menambah, mengurangi, atau bahkan menghentikan konsumsinya secara tiba-tiba tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter. Referensi Drugs. Diakses pada 2021. Ascorbic Acid. WebMD. Diakses pada 2021. Ascorbic Acid. Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Vitamin C.
Peranprotein yang lain adalah pembentukan emulsi daging, yaitu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi lemak (Krimlich,1971). Emulsi Sosis Emulsi adalah suatu sistem dua fase yang terdiri atas suatu dispersi sua cairan atau senyawa yang tidak dapat bercampur, yang satu terdispersi pada yang lain. EMULSI A. Pengertian Menurut FI IV Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil. Menurut FI III Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Menurut Lachman Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur. Menurut Parrot Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2 campuran yang tidak saling bercampur. Salah satunya tersuspensi dengan bantuan emulgator keseluruh partikel lainnya. Ukuran diameter partikelnya – 50 m. Menurut Physical Pharmacy Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur satu diantaranya terdispersi sebagai globul-globul fase pendispersi dalam fase cair lainnya fase kontinyu distabilkan dengan adanya bahan pengemulsi/emulgator. Menurut Scovilles Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul. Menurut Formularium Nasional Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya; umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi. Menurut Ansel Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur. Menurut DOM Martin Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang tidak tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan di mana diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat diartikan sebagai dua fase yang terdiri dari satu cairan yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak tercampurkan. Kesimpulan Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam bij tersebut. Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan. B. Komponen Emulsi Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu Komponen dasar, yaitu bahanpembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai b ahan dasar bahan pendukung emulsi tersebut Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen, saporis, odoris, colouris, pengawet perservative, dan anti oksidan. Pengawet yang sering digunakan dalam sediaan emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa monium kuarterner. Antioksidan yang sering digunakan antara lain asam askorbat vitamin C, a-tokoferol, asam sitrat, propil galat, dan asam galat. C. Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu Emulsi tipe O/W oil in water atau M/A minyak dalam air, adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minya sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Emulsi tipe W/O water in oil ata A/M air dalam minyak, adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal. D. Tujuan Pemakaian Emulsi Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil dan merata atau homogen dari campuran dua cairan yang salin tidak bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umumnya emulsi tipe o/w. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe o/w maupun w/o, tergantung banyak faktor, misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki. E. Bahan-bahan Pengemulsi Emulgator 1. Emulgator Alam Emulgator Alam yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan A. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan 1 Gom arab 2 Tragakan 3 Agar-agar 4 Chondrus 5 Emulgator lain B. Emulgator hewani 1 Kuning telur 2 Adeps lanae C. Emulgator dari mineral 1 Magnesium Aluminium Silikat Veegum 2 Bentonit 2. Emulgator Buatan/Sintetis A. Sabun B. Tween 20; 40; 60; 80 C. Span 20; 40; 80 Emulgator dapat dikelompokkan menjadi Anionik sabun alkali, Na-lauril sulfat. Kationik senyawa amonium kuarterner. Nonionik tween dan span. Amfoter protein, lesitin. F. Cara Pembuatan Emulsi 1. Metode Gom Kering atau Metode Kontinental Dalam metode ini, zat pengemulsi biasanya gom arab dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia. 2. Metode Gom Basah atau Metode Inggris Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air zat pengemulsi umumnya larut dalam air agar membentuk suatu musilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa air. 3. Metode Botol atau Metode Botol Forbes Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah kurang kental. Serbuk gom dimasukkan kedalam botol kering ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok. G. Kestabilan Emulsi Emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal seperti dibawah ini. Creaming yaitu terpisahnya emuulsi menjadi dua lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase disfer lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali. Koalesensi dan cracking breaking adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat ireversibel tidak dapat diperbaiki kembali. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa kimia seperti penambahan alkohol, perubahan pH, peristiwa fisika seperti pemanasan, penyaringan, pengadukan, pendinginan, dan peristiwa biologis seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya ireversible. H. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Emulsi Mortir dan Stemper Botol Mixer dan Blender Homogenizer Colloid Mill Pustaka Syamsuni, 2005. Ilmu Resep. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran. Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta Gadjah Mada University Press.

padaλ 517 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, dengan menggunakan kurva standar. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pembuatan EmulsiKrim Emulsi merupakan sistem yang tidak stabil, karena itu dibutuhkan pengemulsi. Menurut McClement (2004), pengemulsi berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka antara fasa air dengan fasa minyak (6).

Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang tidak larut yang tidak bercampur. Cairan yang dalam jumlah lebih besar adalah dispersan dan cairan yang dalam jumlah lebih sedikit adalah terdispersi, didistribusikan dalam tetesan yang sangat kecil yang tersebar dalam suspensi. Oleh karena itu, emulsi adalah dispersi koloid di mana fase terdispersi dan fase terdispersi berada dalam fase cair. Yaitu, emulsi terdiri dari suatu koloid, di mana partikel-partikel kecil suatu cairan didispersikan dalam cairan lain. Emulsi ekspresi berasal dari bahasa Latin emulsu yang berarti diperah, karena aspek seperti susu dari kebanyakan emulsi. Emulsi tidak stabil, tetapi beberapa zat dapat bertindak sebagai pengemulsi, memberikan stabilitas emulsi. Emulsi memiliki rantai panjang dan atom yang dihubungkan dengan kutub dan ujung non-polar, seperti halnya molekul deterjen dan sabun. Emulsi terbentuk ketika dua cairan tak bercampur dicampur, yaitu, cairan yang tidak bercampur. Dalam hal ini, salah satu cairan fase internal atau terdispersi ditemukan di dalam cairan lain fase eksternal atau kontinu. Ini juga disebut dispersi koloid, karena partikel-partikel kecil tetesan dari satu cairan didispersikan dalam cairan lain. Dari sudut pandang termodinamika, emulsi dianggap tidak stabil, ini berarti emulsi tidak terbentuk secara spontan. Untuk emulsi yang terbentuk perlu untuk memasok energi, yang dapat dibuat dengan menggunakan homogenizer, agitator atau menggunakan proses penyemprotan. Agar emulsi stabil, perlu menambahkan surfaktan pengemulsi atau surfaktan, yang membantu membuatnya stabil dan homogen. Mengingat bahwa senyawa surfaktan adalah zat organik yang memiliki karakteristik utama fakta bahwa mereka memiliki perilaku amfifilik, yaitu, mereka dapat berinteraksi dengan zat polar dan nonpolar. Sifat ini dijelaskan oleh fakta bahwa molekul-molekul ini memiliki daerah hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik, yang merupakan rantai karbon, berinteraksi dengan zat nonpolar, dan bagian hidrofilik atau ion dengan zat polar. Peran senyawa-senyawa ini adalah untuk membentuk film hidrofilik memiliki afinitas terhadap air di sekitar tetesan minyak, mencegah minyak dari pemisahan dengan waktu. Sebagai contoh, ketika telur terdiri dari lebih dari 60% air digunakan dalam pembuatan mayones, kita memiliki pembentukan emulsi yang dibentuk oleh minyak dan air. Tapi apa yang membuat emulsi ini stabil? Apa yang terjadi adalah bahwa dalam telur ada molekul yang disebut lesitin fosfolipid, dan itu membantu menjaga emulsi stabil, bertindak sebagai surfaktan. Tetapi menambahkan pengemulsi saja tidak cukup, karena stabilitas juga tergantung pada tiga fenomena lainnya kremasi atau sedimentasi, flokulasi, dan pecahnya emulsi karena penggabungan dari tetesan yang tersebar. Sedimentasi atau kremasi berhubungan dengan perbedaan kepadatan antara dua fase. Jika beberapa zat berada di atas, kita memiliki kremasi dan jika bermigrasi ke dasar kita mengalami sedimentasi. Flokulasi terkait dengan tabrakan antara tetesan emulsi, yang ketika agregat, tanpa memutus film antarmuka di antara mereka, dan membentuk butiran. Dalam koalesensi, film pecah, dan gumpalan yang dihasilkan lebih besar. Keberadaan fenomena ini menjelaskan mengapa kita harus mengalahkan mayones buatan sendiri dalam blender, sebuah proses yang juga dilakukan dalam mayones industri. Prosedur ini terkait dengan penambahan surfaktan bertanggung jawab untuk aspek homogen dan stabil yang kita ketahui tentang mayones, karena kalau tidak kita akan memisahkan fase air dari fase minyak. Ada beberapa faktor yang mendukung stabilitas emulsi, tegangan permukaan rendah, film antar muka yang kuat secara mekanis dan elastis, tolakan lapisan listrik ganda, volume kecil fase terdispersi, tetesan kecil, viskositas tinggi. Emulsi adalah campuran cairan heterogen dari dua fase atau lebih, biasanya tidak saling larut, tetapi disimpan dalam suspensi satu sama lain, oleh agitasi kuat atau pengemulsi yang mengubah tegangan permukaan. Ini adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Zat tertentu bertindak sebagai pengemulsi, yang berarti mereka membantu dua cairan berkumpul dan tinggal bersama-sama. Emulsi, dalam kimia fisik adalah campuran dari dua atau lebih cairan yang hadir sebagai tetesan, dengan ukuran mikroskopis atau ultramikroskopis, didistribusikan ke seluruh bagian lainnya. Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Ketika diaduk atau dikocok dengan kuat, dua cairan akan membentuk emulsi sementara. Dalam waktu yang relatif singkat, namun, keduanya akan terpisah menjadi lapisan yang berbeda. Emulsi permanen dapat dibuat dengan menambahkan zat ketiga, disebut emulsifier atau agen pengemulsi, ke campuran. Minyak dan air akan membentuk emulsi permanen jika sabun atau deterjen ditambahkan sebagai emulsifier. Susu merupakan emulsi permanen mentega dalam air, dengan kase-in bertindak sebagai pengemulsi. Emulsi adalah koloid. Contoh Emulsi Beberapa contoh emulsi adalah susu, margarin, mentega, krim dan lotion pelembab, obat-obatan, tabir surya. Sebagai rasa ingin tahu, produk yang disebut bebas minyak adalah emulsi yang dibentuk oleh polimer pengemulsi. Jenis emulsi Tipe Emulsi yang pertama bisa ada sebagai “minyak dalam air” atau “air dalam minyak” dari emulsi. Jenis emulsi tergantung pada sifat-sifat fase terdispersi dan fase kontinyu. Jika fasa minyak didispersikan dalam fasa berair kontinu, emulsi dikenal sebagai “minyak dalam air”. Jika fase air adalah fase terdispersi dan fase minyak adalah fase kontinu, maka dikenal sebagai “air dalam minyak” Apakah emulsi minyak dan air berubah menjadi emulsi “air dalam minyak” atau emulsi “minyak dalam air” tergantung pada fraksi volume kedua fase dan jenis pengemulsi yang digunakan untuk mengemulsi mereka. Sifat Emulsi Partikel-partikel emulsi tak terhindarkan membentuk struktur tak homogen yang dinamis dalam skala kecil. Emulsi adalah sistem yang sangat tidak stabil dan memerlukan zat pengemulsi atau pengemulsi Ini biasanya merupakan zat aktif permukaan yang juga dikenal sebagai “surfaktan” Emulsi dibuat dengan pencampuran kontinu atau agitasi dari dua fase Ketika disimpan untuk jangka waktu yang lebih lama atau dalam kasus tidak adanya zat pengemulsi, fase dalam emulsi cenderung terpisah, menghasilkan “retak emulsi” atau “fase inversi”. Komponen Emulsi Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu 1. Komponen Dasar Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas Fase dispersi/fase internal/fase diskontinu Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadoi butiran kecil kedalam zat cair lain. Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar pendukung dari emulsi tersebut. 2. Komponen Tambahan Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen colouris, preservative pengawet dan anti oksidan. Preservative yang digunakan Antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll. Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat. Macam-macam emulsi Ada dua macam emulsi, sementara dan permanen. Contoh dari emulsi sementara adalah saus sederhana. Anda menggabungkan minyak dan cuka dalam botol, campuran mereka dan mereka bersatu untuk waktu yang singkat. Mayones adalah contoh emulsi permanen, yang terdiri dari kuning telur dan minyak. Kuning telur dan minyak tidak akan alami bercampur, tetapi perlahan-lahan mengaduk minyak ke dalam kuning telur, dua cairan membentuk emulsi stabil yang tidak akan terpisah. Saus Holland adalah emulsi permanen lain, yang terbuat dari kuning telur dan pengemulsi Ini adalah zat aktif permukaan yang ditambahkan ke emulsi untuk menstabilkan dua fase. Kerjanya pada antarmuka dan meningkatkan stabilitas kinetik emulsi sehingga ukuran tetesan tidak berubah secara signifikan seiring waktu, sehingga menstabilkan emulsi. Pengemulsi adalah senyawa yang biasanya memiliki bagian polar atau hidrofilik yaitu larut dalam air dan bagian non-polar yaitu hidrofobik atau lipofilik. Karena itu, pengemulsi cenderung memiliki lebih atau kurang kelarutan dalam air atau minyak. Menurut aturan Bancroft, pengemulsi dan partikel pengemulsi cenderung meningkatkan dispersi fase di mana mereka tidak larut dengan baik. Sebagai contoh, protein larut lebih baik dalam air daripada dalam minyak, dan cenderung membentuk emulsi minyak-dalam-air yaitu, mereka mendorong dispersi butiran-butiran minyak di seluruh fase air kontinu. Pengemulsi yang lebih larut dalam air umumnya membentuk emulsi minyak-dalam-air, sedangkan pengemulsi yang lebih larut dalam minyak akan membentuk emulsi air-dalam-minyak. Contohnya termasuk kuning telur, natrium fosfat, natrium stearoil laktilat, dll. Mekanisme Emulsifikasi Sejumlah proses dan mekanisme kimia dan fisika yang berbeda dapat terlibat dalam proses emulsifikasi. Teori tegangan permukaan – Menurut teori ini, emulsifikasi terjadi dengan pengurangan tegangan antarmuka antara dua fase Teori tolakan – Teori ini mengusulkan bahwa zat pengemulsi membuat film lebih dari satu fase yang membentuk gumpalan, yang saling tolak. Gaya tolak ini menyebabkan mereka tetap tersuspensi dalam media dispersi Modifikasi viskositas – Emulgensi tertentu seperti akasia, tragacanth, karboksimetilselulosa, polietilen glikol, dll. Meningkatkan viskositas medium, yang membantu menciptakan dan mempertahankan suspensi butiran fase terdispersi. Penggunaan Emulsi Sebagai Makanan Emulsi minyak-dalam-air adalah umum dalam produk makanan. Contohnya termasuk mentega, margarin, susu yang dihomogenisasi, mayones, dll Dalam Kesehatan Banyak bentuk sediaan kosmetik dan farmasi dalam bentuk emulsi. Kosmetik seperti lotion, krim, penghilang makeup bifasik sebenarnya adalah emulsi. Banyak bentuk oral, serta dosis topikal, adalah emulsi. Mikroemulsi digunakan untuk memberikan vaksin dan membunuh mikroba. Minyak hati ikan kod, kortisol, polisporin adalah beberapa contoh formulasi emulsi. Dalam Sintesis Kimia Emulsi digunakan dalam pembuatan dispersi polimer. Ini termasuk komponen utama dari lem dan cat.
soalPMM-A. Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokkan BTP yang diizinkan pengawet digunakan dalam makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 yaitu BTM yang dapat mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.
Ketika kita mendengar kata “Emulsi” yang ada pada pikiran kita mungkin praktikum minyak dan air yang pernah kita lakukan saat Sekolah Menengah Atas. Lalu sebenarnya, apa itu emulsi dan bagaimana cara kerjanya?Emulsi adalah sesuatu zat berjenis koloid dimana zat ini akan ada pada fase yang melakukan dispersi ke fase lainnya karena adanya bantuan dari zat pengemulsi. Singkatnya, emulsi ini adalah penggabungan dua buah zat yang tidak bisa bergabung menjadi satu kesatuan. Komponen Emulsi1. Komponen Dasar Emulsi2. Komponen TambahanCara Pembuatan Emulsi1. Metode Continental2. Metode Inggris3. Metode BotolSudah Tahu Apa Itu Emulsi?Komponen EmulsiEmulsi sendiri mempunyai dua komponen yang terkandung dan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut 1. Komponen Dasar EmulsiKomponen dasar ini adalah bahan-bahan yang terdapat pada suatu emulsi untuk dapat menggabungkan kedua zat yang biasanya tidak akan menyatu. Komponen ini terdiri atas 3 bagian Fase Internal Fase ini mempunyai banyak nama, seperti fase dispersi dan fase discontinue. Maksudnya pengemulsi tersebut berbentuk sebagai zat cair yang terbagi menjadi butiran kecil hingga dapat bergabung dengan butiran kecil EksternalPada fase komponen dasar emulsi kedua ini, zat emulsi berfungsi sebagai bahan pendukung terjadinya proses penggabungan kedua zat komponen ketiga ini, emulsi berfungsi sebagai bahan stabilizer penggabungan. Biasanya, zat-zat yang berfungsi menjadi emulgator ini adalah agar-agar, gelatin, kuning telur, sabun dan magnesium Aluminium Komponen TambahanUntuk komponen yang satu ini, zat-zat yang termasuk ke dalamnya berfungsi sebagai bahan tambahan agar memperoleh hasil yang baik dalam penggabungan dua zat tersebut. Contoh dari komponen-komponen tambahan tersebut adalah sebagai berikut Corrigen Actionis sebagai zat perbaikan cara kerja obat, Colouris sebagai zat perubahan warna obat, Solubillis sebagai zat perbaikan kelarutan obat.Preservativ, tujuannya untuk mengawetkan. Contoh zatnya adalah asam benzoate dan asam Oksidan, contohnya adalah asam sitrat dan asam Pembuatan EmulsiSelain mengetahui apa itu emulsi, Sobat Vmedis juga harus tahu bagaimana proses dan cara pembuatan emulsi. Ada 3 metode cara pembuatan emulsi yang ada. Berikut ini penjelasannya1. Metode ContinentalPada metode ini, zat pengemulsi atau zat pencampur akan dicampurkan ke dalam minyak. Setelah zat nya tercampur, minyak tersebut akan dicampur dengan air secara perlahan. Hal ini bertujuan sebagai pembentukan corpus emulsi. Setelah itu minyak akan diaduk dan diencerkan dengan air yang telah Metode InggrisUntuk metode inggris ini, zat pengemulsi akan lebih dulu masuk ke dalam air. Hal ini bertujuan agar air membentuk suatu mucilago polimer alam.Setelah itu, minyak akan dengan perlahan-lahan dimasukkan ke atas air untuk bersatu dan membentuk emulsi. Setelah minyak bersatu dengan air, barulah kedua cairan tersebut diencerkan lagi dengan sisa air yang Metode BotolMetode botol ini cocok menjadi metode saat minyak menguap. Minyak yang sudah mengalami proses penguapan akan melepas zat-zat yang mempunyai viskositas yang rendah. Hal ini akan menyebabkan minyak akan kehilangan kekentalannya. Setelah itu, minyak dan pengemulsi akan bersama-sama dimasukkan ke dalam satu botol kering sebelum air. Setelah ketiga zat tercampur, botol akan dikocok keras sampai kedua zat tersebut Tahu Apa Itu Emulsi?Itulah beberapa penjelasan dan jawaban atas pertanyaan apa itu emulsi. Jika Sobat Vmedis perlu membeli obat tanpa ribet keluar rumah, bisa menggunakan Software Apotek Vmedis, sebagai software terbaik di Indonesia. Selain itu, software ini juga dapat membantu kamu yang mempunyai masalah seputar apotek, loh. Selamat mencoba!
\n asam askorbat dalam emulsi berfungsi sebagai
KMP6R.
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/212
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/32
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/402
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/301
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/150
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/172
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/216
  • uuh9gn5fsf.pages.dev/97
  • asam askorbat dalam emulsi berfungsi sebagai